JAKARTA (voa-islam.com) - Nonton Metro TV perut akan langsung mules, karena media
ini sudah menjadi corong alias 'kacungnya' Jokowi. Pemberitaan tentang Jokowi
tanpa jeda. Setiap berita dan headline, tidak ada yang tanpa tokoh 'palsu'
bernama Jokowi. Ini efek dari dari 'bos' NASDEM, yaitu Surya Paloh, yang sudah
kebelet, dan menyatakan dukungan kepada Jokowi.
Pujian-pujian terhadap Jokowi sudah
mencapai tingkat 'over dosis'. Sudah tidak wajar alias 'tidak waras'.
Benar-benar usaha penggiringan opini yang sangat luar biasa, dan tujuannya
hanyalah melakukan 'cuci otak' rakyat Indonesia, bahwa Jokowi itu manusia
super, manusia mulia, manusia segalanya, sempurna, dan Jokowi lebih penting
dari Indonesia. Ini benar-benar sudah berlebihan.
Metro TV sudah masuk barisan
kelompok 'Nasi Bungkus Jasmev', yang tanpa malu terus mengkampanyekan Jokowi.
Kalau mau jujur dan lebih waras, sejatinya apa prestasi Jokowi itu? Dari
Walikota terus melompat menjadi Gubernur DKI, dan sekarang sudah 'jumping'
menjadi calon presiden? Apa yang sudah dicapai Jokowi, ketika menjadi Walikota
dan Gubernur, terutama di DKI Jakarta? Nothing!
Coba lebih rasional sedikit. Apa
yang sudah dikerjakan oleh Jokowi setahun mejadi Gubernur DKI? Sekarang amanah
rakyat sudah ditinggal. DKI sudah tidak diurus lagi. Jokowi keliling-keliling.
Dari satu tokoh politik ke tokoh politik lainnya. Dari tokoh Islam ke tokoh
Islam lainnya. Termasuk melakukan perjalanan ke berbagai daerah. Sementara,
rakyat DKI yang sudah memberikan kepercayaan dan amanah ditinggalkan begitu
saja. Apakahn ini namanya pemimpin yang amanah?
Sementara Metro TV kalau
memberitakan ARB atau Prabowo hanya berita miring tentang mereka berdua.
Sebaliknya, berita puji-pujian dan segala hal yang baik, seolah-olah monopoli
Jokowi, dan Jokowi hanyalah satu satunya pilihan terbaik rakyat Indonesia!
Apakah 'bos' Metro TV, Surya Paloh
dendam, sekarang nempel ke PDIP, dan mendukung Jokowi, karena kalah
memperebutkan jabatan 'Ketua Umum' Golkar dengan ARB? Sehingga, berlebihan
terhadap Jokowi, membalas dendam kekalahannya dengan ARB di Pekanbaru?
Bahkan, Metro TV, membuat liputan
'Trio Tokoh' yaitu Jokowi, Ganjar Pranowo, dan Walikota Surabaya. Dengan
liputan yang luar biasa. 'Trio Tokoh' yang digambarkan sebagai tokoh yang
paling 'mulia'. Jokowi dengan sejumlah prestasi, Ganjar dengan gebrakan
mengobrak-abrik DLLAJR, dan Walikota Surabaya melakukan 'sidak' proyek
pembangunan pasar. Sungguh luar biasa, pencitraan oleh Metro TV terhadap 'Trio
Tokoh' PDIP itu.
Metro TV telah melakukan pembodohan
terhadap rakyat Indonesia. Mestinya Metro TV menayangkan secara adil
masing-masing profil capres dengan jumlah minute yang sama dan juga jam yang
sama setiap hari atau beberapa waktu dalam seminggu.
Bagaimana Mertro TV mulai pagi
sampai pagi lagi hanya menyebut Jokowi terus menerus. Terlau berlebihan Metro
TV menjejali para pemirsanya, dan akan membuat perut mual melihat pemberitaan
yang terus menerus tentang Jokowi.
Apa kepentingan Metro TV dengan
melakukan cuci otak rakyat Indonesia, dan mengkampanyekan, bahwa Jokowi itu,
sebagai manusia super, dan manusia paliang mulia, dan satu-satunya manusia yang
bisa menyelesaikan 1001 masalah Indonesia? Itu sudah kejahatan?
Kecuali Jokowi membayar Metro TV,
inilah yang disebut diperalat oleh Jokowi. Karena Jokowi 'ngaku' tidak punya
uang buat membayar iklan di TV, maka dia dengan senang hati berkoalisi dengan
NASDEM, yang nota bene punya Metro TV. Dengan demikian berita-berita tidak
perlu bayar. Meski, sementara ini Metro TV tidak minta bayaran, kecuali ada
'deal' antara Jokowi dengan Surya Paloh, dibayar sesudah Jokowi terpilih?
Jokowi sudah sangat terbukti secara
jelas-jelas ibarat barang dagangan tidak laku dijual. Rakyat 'emoh' dengan
tokoh yang sudah berkhianat terhadap rakyat DKI Jakarta. Itu terbukti saaat
pemilu legislatif 9 April lalu. Jokowi tidak mampu menambahkan 'satu suara' pun
bagi kemenangan PDIP. Suara PDIP mentok di bawah l9 persen.
Tidak ada yang disebut dengan
'Jokowi Efek'. 'Jokowi Efek' hanyalah 'nol besar'. Jokowi hanya ramai di survei
belaka. Memang, pantasnya Jokowi menjadi presiden 'survei' bukan presiden
Indonesia. Rakyat Indonesia memerlukan pemimpin yang amanah dan jujur. Itu yang
tidak dimiliki oleh Jokowi!
Kasihan Jokowi menjadi manusia yang
tidak 'wajar' harus menanggung beban terlalu berat dari orang-orang yang
memiliki kepentingan menguasai dan menjajah terhadap Indonesia yaitu 'Asing dan
A Seng'.
Mendingan meninggalkan Metro TV dari
pada setiap detik dijejali dengan propaganda tokoh 'palsu' Jokowi. Rakyat dan
bangsa akan selamat dengan tidak melihat METRO TV, karena menonton METRO TV
akan menjadi tidak 'waras', alias bodoh. (afgh/dbs/voa-islam.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar