Breaking News

Senin, 05 Mei 2014

Saya Pasukan Nasi Bungkus Jokowi (Sebuah Pengakuan)



Untuk menyampaikan pengakuan  ini butuh “keberanian” luar biasa, bagaimana tidak?  kita tahu bila ada yang menulis miring atau “menyerang Jokowi maka siap-siap jadi bulan-bulanan para pendukung Jokowi. Saya paham dan sadar resiko tapi saya tetap menulis pengakuan ini  dengan segala kosekwensinya. Semoga setelah menulis ini saya terbebas dari beban yang menindih perasaan.

Latar belakang saya menerima “pekerjaan” ini adalah saya muak dengan keadaan negeri ini, negeri yang harusnya Gempah ripah dengan segala potensinya menjadi negeri yang carut marut karena pejabatnya pada menghianati  amanah. Tidak hanya Trasi yang di korupsi ,konstitusi pun bisa diperjualbelikan tanpa malu.  Ditengah “kegalauan” tingkat dewa tiba-tiba muncul secercah cahaya dari solo,seorang dengan pawakan kurus dan sederhana membawa “kesan” berbeda… Kesan yang mengikis rasa putus asa  saya atas keinginan mempunyai pemimpin yang bisa memenuhi harapan hati,  mulai dari situ saya mendaftar dengan kerelaan hati menjadi pasukan nasi bungkus Jokowi.

Saya mulai menulis dan”besepakat” menjadi pasukan nasi bungkus Jokowi sejak Pilgub DKI 2012 tepatnya bulan Mei, dan di perpanjang lagi sampai sekarang Oktober 2013, saya masih belum tahu apakah setelah bulan ini masih diperpanjang atau tidak. Semoga saya tetap bisa  bertahan sampai Jokowi benar-benar jadi presiden di 2014.Karena ketika saya 

‘DIBERHENTIKAN” atau “BERHENTI ” menulis Jokowi berarti saya sudah tidak percaya pada Jokowi dengan kata lain dia sama saja dengan kebanyakan pejabat di negeri ini.
“Pekerjaan” menjadi “pasukan nasi bungkus”  tentu disyaratkan mengenal dan mempunyai akun jejaring sosial minimal Facebook dan twitter, jika mampu menulis dan membuat opini di “kompasiana”akan mendapat point “tersendiri”. “pekerjaan” ini saya jalani penuh suka dan duka, sukanya adalah  tentunya sehabis makan”nasi bungkus” biasanya  pikiran jadi plong dan ide menulis jadi muncul,  sedang dukanya jika harus begadang sampai malam giliran  lapar warung angkringan atau warteg yang jual Nasi bungkus  tutup. Alhasil  harus menahan lapar sampai pagi lebih  apes lagi jika kemudian mucul tulisan “menyerang tanpa dasar dan dengan argumentasi asal-asalan” kepada  Jokowi, perut lapar kepala panas.

Saya yakin  banyak  pasukan bermodal nasi bungkus seperti saya, dari kota sampai desa, dari Sabang sampai Merauke. Mereka tidak dikoordinir apalagi dibayar, tapi mereka adalah orang-orang yang merindukan munculnya pemimpin yang bisa merubah kondisi negeri ini lebih baik. Setiap upaya selalu saja ada halanganya, tak sedikit pula orang-orang dengan alasan”subyektifnya” menganggap kami berlebihan bahkan menganggap kami ” menabikan Jokowi.  Padahal kami melakukan dengan sadar dan tulus karena kami sudah lama jadi “warga Negara” yang sekedar dijadikan  obyek dan tiap hari disuguhi keborokan demi kebobrokan oleh para pengelola negeri ini. Kami hampir putus asa…..

Pengakuan ini sekaligus menegaskan bahwa, kami adalah Pasukan Nasi Bungkus Jokowi, tak takut dan tak mundur oleh siappapun. Kami siap melawan “pasukan” apapun.. entah pasukan ‘Nasi Kotak” pasukan” Nasi Restoran” , Pasukan “Nasi Prasmanan”  atau apapun. Kami akan mundur dan tertidur Jika Jokowi sudah tidak lagi , Jujur, tidak lagi sederhana dan tidak lagi mau bekerjakeras untuk rakyat yang dipimpinya… titik selesai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By