Untuk menyampaikan pengakuan
ini butuh “keberanian” luar biasa, bagaimana tidak? kita tahu bila
ada yang menulis miring atau “menyerang Jokowi maka siap-siap jadi
bulan-bulanan para pendukung Jokowi. Saya paham dan sadar resiko tapi saya
tetap menulis pengakuan ini dengan segala kosekwensinya. Semoga setelah
menulis ini saya terbebas dari beban yang menindih perasaan.
Latar belakang saya menerima
“pekerjaan” ini adalah saya muak dengan keadaan negeri ini, negeri yang
harusnya Gempah ripah dengan segala potensinya menjadi negeri yang carut marut
karena pejabatnya pada menghianati amanah. Tidak hanya Trasi yang di
korupsi ,konstitusi pun bisa diperjualbelikan tanpa malu. Ditengah
“kegalauan” tingkat dewa tiba-tiba muncul secercah cahaya dari solo,seorang
dengan pawakan kurus dan sederhana membawa “kesan” berbeda… Kesan yang mengikis
rasa putus asa saya atas keinginan mempunyai pemimpin yang bisa memenuhi
harapan hati, mulai dari situ saya mendaftar dengan kerelaan hati menjadi
pasukan nasi bungkus Jokowi.
Saya mulai menulis dan”besepakat”
menjadi pasukan nasi bungkus Jokowi sejak Pilgub DKI 2012 tepatnya bulan Mei,
dan di perpanjang lagi sampai sekarang Oktober 2013, saya masih belum tahu
apakah setelah bulan ini masih diperpanjang atau tidak. Semoga saya tetap bisa
bertahan sampai Jokowi benar-benar jadi presiden di 2014.Karena ketika
saya
‘DIBERHENTIKAN” atau “BERHENTI ” menulis Jokowi berarti saya sudah tidak
percaya pada Jokowi dengan kata lain dia sama saja dengan kebanyakan pejabat di
negeri ini.
“Pekerjaan” menjadi “pasukan nasi
bungkus” tentu disyaratkan mengenal dan mempunyai akun jejaring sosial
minimal Facebook dan twitter, jika mampu menulis dan membuat opini di
“kompasiana”akan mendapat point “tersendiri”. “pekerjaan” ini saya jalani penuh
suka dan duka, sukanya adalah tentunya sehabis makan”nasi bungkus”
biasanya pikiran jadi plong dan ide menulis jadi muncul, sedang
dukanya jika harus begadang sampai malam giliran lapar warung angkringan
atau warteg yang jual Nasi bungkus tutup. Alhasil harus menahan
lapar sampai pagi lebih apes lagi jika kemudian mucul tulisan “menyerang
tanpa dasar dan dengan argumentasi asal-asalan” kepada Jokowi, perut
lapar kepala panas.
Saya yakin banyak
pasukan bermodal nasi bungkus seperti saya, dari kota sampai desa, dari
Sabang sampai Merauke. Mereka tidak dikoordinir apalagi dibayar, tapi mereka adalah
orang-orang yang merindukan munculnya pemimpin yang bisa merubah kondisi negeri
ini lebih baik. Setiap upaya selalu saja ada halanganya, tak sedikit pula
orang-orang dengan alasan”subyektifnya” menganggap kami berlebihan bahkan
menganggap kami ” menabikan Jokowi. Padahal kami melakukan dengan sadar
dan tulus karena kami sudah lama jadi “warga Negara” yang sekedar dijadikan
obyek dan tiap hari disuguhi keborokan demi kebobrokan oleh para
pengelola negeri ini. Kami hampir putus asa…..
Pengakuan ini sekaligus menegaskan
bahwa, kami adalah Pasukan Nasi Bungkus Jokowi, tak takut dan tak mundur oleh
siappapun. Kami siap melawan “pasukan” apapun.. entah pasukan ‘Nasi Kotak”
pasukan” Nasi Restoran” , Pasukan “Nasi Prasmanan” atau apapun. Kami akan
mundur dan tertidur Jika Jokowi sudah tidak lagi , Jujur, tidak lagi sederhana
dan tidak lagi mau bekerjakeras untuk rakyat yang dipimpinya… titik selesai.
Sumur : kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar