Breaking News

Senin, 05 Mei 2014

Benarkah Jokowi Sefenomenal Yang Diberitakan Media?



Jokowi dinilai fenomenal. Kenapa ? Karena media bilang seperti itu. Dimanakah fenomenal Jokowi ini?

Jokowi dinilai sebagai walikota terbaik. Benarkah ? Siapa yang nilai Jokowi walikoa terbaik? Pemerintah? Lembaga resmi yang credible? Dunia?

Pemerintah tidak pernah menganugerahkan Jokowi sebagai Walikota terbaik. Prestasinya sebagai Walikota biasa2 saja. Tidak istimewa.

Silahkan pelajari laporan kinerja Jokowi sebagai Walikota Solo. Mulai dari 2005- 2010 atau 2010 - 2015 (yang dijalaninya hanya sampai 2012).

Pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja, penurunan kemiskinan, GDP, IPC, dll di bawah rata2 nasional. 4-5% saja.

Tingkat pengangguran, kemiskinan, DO, kriminal /kejahatan, human trafficking /perdagangan manusia, pelacuran dll tertinggi di Jateng.

Hampir semua catatan statistik atau parameter yang jadi standar penilaian resmi tidak menunjukkan Jokowi itu sebagai Walikota berprestasi.

Lalu kenapa Jokowi itu populer di Solo dan bisa terpilih kembali di periode kedua?

Jokowi menang pada pemilihan periode pertama karena saingannya walikota Incumbent bermasalah. Terjerat banyak dugaan korupsi & arogan.

Jokowi muncul sebagai cawalkot dengan sosok antitesa incumbent. Dia menampilkan karakter yang ramah, rendah hati, egaliter dan rajin blusukan.

Setelah terpilih di periode I (2005-10) Jokowi meneruskan gaya blusukannya dan habiskan waktu di tengah2 warganya. Wakilnya yang di kantor.

Konsistensi Jokowi yang terus blusukan itu menyebabkan hampir semua rakyat Solo merasa dekat dengan walikotanya.

Sementara fungsi, tugas dan tanggung jawab utama sebagai kepala pemerintahaan lebih banyak dijalankan oleh wakilnya.

Blusukan temui warga yang dilakukan Jokowi ini sangat efektif memgangkat popularitasnya di Solo. Beda 180 derajat dengan walkot sebelumnya.

Sehingga meski kinerja Jokowi sebagai walikota Solo berdasarkan parameter standar berada di bawah rata2, jokowi bisa menang besar di periode II.

Apakah ada prestasi khusus yang diraih Jokowi selama menjabat walikota Solo (2005-2012)? Ada.

Jokowi dianugerahi walikota terbaik bidang partisipasi pembangunan masyarakat dari sebuah organisasi di Thailand.

Penghargaan bidang partisipasi itu diterima Jokowi karena keberhasilannya memindahkan pedagang pasar Klewer yang akan direvitalisasi.

Metode pendekatan yang dilakukan Jokowi thdp pedagang2 pasar dan PKL2 yang penuhi jalan2 utama kota Solo dilakukannya dengan persuasif.

Pendekatan ala Jokowi itu berlangsung berbulan2 bahkan hampir setahun, berkali2 bertemu dengan para PKL. Ada yang puluhan, ada yang hampir 100x.

Metode tersebut tentu efektif, apalagi para pedagang /PKL tersebut dijamu makan di rumah dinas walikota. Semua PKL puas. Mau pindah sukarela.

Atas prestasi itulah Jokowi dianugerahi walikota terbaik dalam bidang pendekatan /partisipasi publik. Lalu, beliau mulai terkenal.

Popularitas Jokowi menanjak ketika TEMPO menobatkannya sebagai Walikota terbaik bersama2 sejumlah walikota/bupati lainnya.

Semua penghargaan Jokowi itu terkait dengan prestasinya yang unik karena mampu pindahkan PKL dengan sukarela meski waktu yang sangat lama.

Seharusnya metode yang dilakukan Jokowi itu jadi beban pemkot Solo, akibatkan tugas prioritas lainnya tertunda, tapi ternyata tidak terjadi.

Pekerjaan yang bertele tele dari Jokowi itu tidak jadi beban karena semua pekerjaan atau tanggung jawab dari walikota dikerjakan oleh wakilnya.

Dengan kata lain sebagai walikota de jure Jokowi lebih banyak menghabiskan waktunya untuk blusukan, keliling, bujuk pedagang/ PKL dst.

Apakah keberhasilan Jokowi memindahkan pedagang/PKL dalam waktu yang lama dan boros itu merupakan prestasi? Mari kita bandingkan.

Walikota Makassar memindahkan ratusan pedagang kaki lima disepanjang pantai Losari Makassar dengan cara lebih smart, efisien & lebih efektif.

Caranya yaitu Walikota membuat panggung hiburan pasar malam di Pulau seberang pantai. Tanpa disuruh/dibujuk,para PKL pindah ke pulau, tersebut.

Sebaliknya yang dicapai oleh Jokowi ketika dia berhasil memindahkan PKL & pedagang dengan waktu yang sangat lama & energi yang sangat besar.

Ternyata para pedagang/PKL tersebut kembali lagi ke pasar semula. Bahkan banyak pedagang pasar/PKL yang kemudian memprote/Demo jokowi.

Hal tersebut ditimbulkan karena para pedagang pasar/PKL yang direlokasi tidak puas karena dipasar yang baru dagangan mereka tidak laku, sepi pembeli.

Meski pun tidak efesien, tidak efektif, tidak smart dan belakangan gagal, upaya jokowi tersebut sudah mencuri hati publik. Telanjur diapresiasi luas.

Dengan popularitas yang mulai melonjak itu, jokowi awalnya tidak ada rencana untuk maju jadi cagub DKI. Pilkada Jatenglah yang jadi targetnya.

Namun, konstelasi politik di DKI pre pilgub mengubah nasib Jokowi. Dia pun diperjuangkan JK, Prabowo dan Djan Faridz untuk jadi Cagub PDIP.

Nah, mari kita lihat fakta2 bagaimana Jokowi sebenarnya bukanlah pribadi yang jujur. Pertama : mengenai mobil Esemka yang diklaimnya sebagai pioner.

Jokowi gegap gempita promosikan Mobnas Esmka yang dimuat dimedia2 massa nasional tanpa menginformasikan bahwa mobnas itu bukan proyeknya.

Proyek mobnas Esemka adalah proyek kerjasama Kemendikbud dan Kemenperindustrian tidak ada peran Jokowi disana. Dia hanya menumpang tenar saja.

Sekarang lihatlah, mana Mobnas Esemka yang dulu ditunggangi Jokowi demi popularitasnya. Bahkan aturan pun dia langgar demi promosi diri.

Pertengkarannya dengan Gub Jateng juga melambungkan namanya. Dengan gayanya yang glembuk itu, Gub Jateng yang posisinya benar malah dikecam publik.

Dukungan yang tidak rasional dari media massa yang giring opini sesat dimana jokowi harus selalu dibenarkan juga terjadi di program KJS DKI.

Jokowi yang ingin terus populer grasa grusu terbitkan Pergub/SK Gub tentang warga yang berhak nikmati KJS. Dia tabrak Perda yang ada.

Ketika DPRD dan warga yang kritis rencanakan untuk minta penjelasan dari Jokowi, dengan ngeles dia malah alihkan idengan lontarkan isu baru.

Jokowi dengan enteng menuduh DPRD DKI memang sudah lama tidak suka dirinya dan mau menjatuhkannya. Akibat pelintiran ini, mediapun serang DPRD.

Jokowi yang dulu diperjuangkan habis2an oleh JK dan Prabowo, kini malah mengkhianati kedua tokoh tersebut. JK dikalahkan dalam Proyek MRT.

Jokowi lebih memilih menunjuk ORTUS milik Edward S yang memang sudah lama support dana ke jokowi. JK pun gigit jari. Besarkan anak macan.

Prabowo yang berharap Jokowi Ahok akan topang dan bantu tingkatkan popularitas dan elektabilitasnya, malah bernasib lebih sial gara2 Jokowi.

Jokowi yang temukan donatur2 baru di 1/3 masa kampanye Pilgub DKI, kemudian lebih patuh pada donatur2 baru yang punya agenda tersembunyi itu.

Sponsor2 baru dipatuhi Jokowi, sponsor2 lama dilupakan. Kenapa? Karena sponsor2 baru menjanjikan kursi presiden RI untuk Jokowi.

Kembali dengan menggunakan gaya glembuk Solo dan tipu dayanya, Jokowi yang semula bilang tidak ingin nyapres, lalu pelan2 berubah statementnya.

Dengan dukungan dana tak terbatas dari para mafia dan konglomerat korup termasuk buronan BLBI, popularitas jokowi dilambungkan media.

Lembaga2 survey pun dibayar mahal agar mau selalu tempatkan Jokowi sebagai capres terpopuler dan elektabilitas tertinggi. Semua rekayasa.

Lihatlah sekarang ini, 70% media2 besar sudah kontrak mahal dengan donatur2 Jokowi untuk masa promosi sampai dengan 2014 yang akan datang.

Detikcom bahkan sediakan satu kanal khusus untuk berita2 Jokowi. Semua aktivitasnya, penting atau kacangan, dimuat tiap hari di detik.

Tidak kurang 15-20 berita ttg jokowi harus dimuat di detikcom itu. Kompas, Tempo, R Merdeka, Metro TV, SCTV dll selalu promosikan Jokowi.

Semua itu tidak gratis. Biayanya sangat mahal dan ditanggung oleh para sponsor Jokowi.

Semua aktivitas promosi diri Jokowi itu dilakukan secara sistematis dan terencana. Kesannya saja seolah2 alami atau wajar.

Apalagi promosi yang dilakukan oleh jaringan first media grup milik James Riady, kordinator semua konglomerat Tionghoa pendukung Jokowi.

Jokowi yang sudah terbius dalam kepopuleran yang diseting mayoritas media mainstream dan lembaga2 survey mulai makin tunjukan sifat aslinya.

Tanpa malu2 kini Jokowi terus manuver untuk bisa maju sebagai capres di 2014. Dia lupakan FAKTA NYATA bahwa dia belum SATU TAHUN jadi Gub DKI.

Jokowi jadi Gub DKI terhitung sejak 15 Oktober 2012 baru 9 bulan menjabat. Sudah mau tinggalkan amanah rakyat.

Manusia macam apa, standar moralitas yang bagaimana dianut Jokowi? Dia gelap mata ingin nyapres padahal masa baktinya masih seumur jagung.

Dengan mudahnya dia abaikan amanah rakyat yang memilihnya sebagai Gub DKI. Dengan mudah dia lecehkan makna pilkada DKI yang ratusan M biayanya.

Hanyaa karena popularitas artifisial & lembaga survey bayaran, Jokowi tega aji mumpung mau fokus jadi capres, tinggalkan tangungjawab sebagai Gub DKI.

Siapa saja yang menilai Jokowi sudah layak dan pantas jadi capres silahkan mendukungnya. Namun, bagi kami, Jokowi belum pantas sama sekali.

Semua janjinya kepada rakyat Jakarta belum ada 1 pun terpenuhi. Macet, banjir, penataan trotoar, pasar, parkir dll. Semua masih NOL.

Kini, Jokowi sibuk fokus kasak kusuk kesana kemari mau nyapres. Sungguh tidak bermoral. Tidak punya etika. Tidak bertanggungjawab. Memalukan.

Sementara Ahok, sesuai kesepakatan awal, sudah ngebet mau jadi Gub DKI. Monggo, silahkan saja, itu masih sesuai dengan amanah rakyat Jakarta.

Keserakahan, ambisi dan moralitas bobrok Jokowi sesungguhanyaa telah terlihat saat ini. Dia mau khianati pemilihnya. Rakyat Jakarta.

Orang seperti Jokowi itu yang nanti di 2014 mau kita percayai memimpin republik ini? Innalillahi. Mending kita pilih badut Ancol saja!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By