Breaking News

Senin, 05 Mei 2014

"Pasukan Nasi Bungkus" Tempatkan Jokowi di Atas Manusia


intelijen – “Pasukan Nasi Bungkus” atau Panasbung menjadi istilah baru di sosial media untuk menyebut pendukung calon presiden Joko Widodo.  Panasbung dinilai telah membabi-buta membela Jokowi dari berbagai macam kritikan.

Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Agung Suprio menilai, istilah “Panasbung” merupakan sindiran yang digeneralisir. Alasannya, pada dasarnya tidak semua ikatan solidaritas itu terbentuk karena materi.

Menurut Agung, ada dua pengikat solidaritas di Panasbung. Yakni, ikatan ideologi dan ikatan ekonomi.  Panasbung berdasarkan ikatan ideologi, membela Jokowi karena keyakinan, nilai, dan obsesi.  “Di antara mereka bahkan ada yang sampai percaya bahwa Jokowi adalah ‘sang juru selamat’ bagi republik ini. Mereka adalah para relawan dan tersebar. Rata-rata akun mereka bukan anonim,” ungkap Agung.

Sedangkan, ikatan ekonomi, kata Agung, adalah panasbung yang membela Jokowi karena materi. “Disindir ‘pasukan nasi bungkus’ karena upah mereka dianggap setara nasi bungkus. Akun mereka rata-rata anonim. Di sisi lain, memang banyak penjual jasa buzzer dan troopers di twitter.  Ada simbiosis mutualisme di sini,” kata Agung kepada intelijen (24/04).

Walaupun terdapat dua ikatan tersebut, menurut Agung, sulit membedakan antara panasbung yang terbentuk karena ikatan ideologi atau ekonomi, kecuali dari jenis akunnya saja.

Agung juga menjelaskan bahwa dari sisi pembelaan para panasbung ada dua tipe, yaitu tipe rasional dan tipe ngawur. Tipe rasional, membela Jokowi dengan akal sehat. Panasbung tipe ini berusaha membangun argumen  dan melemahkan capres lain dengan fakta.

“Sementara tipe panasbung ngawur, akan membela Jokowi dengan membabi buta. Di sini panasbung tidak melihat Jokowi sebagai manusia yang kodratnya mudah lupa atau salah, tapi melihat Jokowi sudah di atas manusia.  Tipe ngawur seperti ini sebenarnya merendahkan diri panasbung sebagai manusia yang berakal sehat karena mendewakan sesama manusia,” tutur Agung.

Lebih jauh Agung menilai, saat ini media sosial semakin ke belakang panasbung tipe rasional semakin sedikit sementara panasbung tipe ngawur justru semakin banyak. “Demokrasi semakin berkualitas jika tipe rasional menjadi mayoritas bukan tipe ngawur yang semakin banyak karena tipe ngawur hakikatnya antikritik,” pungkas Agung.

Sumur : intelijen.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By