Breaking News

Selasa, 29 April 2014

Miris !!! Bukti Jokowi Antek Asing (Blom Jd Presiden Kelakuan Dah Kyk Gini)



Miris !!! Bukti Jokowi Antek Asing (Blom Jd Presiden Kelakuan Dah Kyk Gini)

Siap-siap buka kedutaan ISRAEL di Indonesia ya.. Klop bgt NASDEM+PDIP
ANE DULUNYA PENGGEMAR BERAT PAK JOKO TP STLAH LIAT2 KLAKUANNYA SEMAKIN LAMA ANE JD ILFILL..OBYEKTIF AJA YG MSH NGEDUKUNG BUKA MATA KALIAN JANGAN JADIKAN INDONESIA NEGARA KELINCI PERCOBAAN LAGI.. GW UDAH MUAK DAN KALO PUN JOKOWI JD PRESIDEN GAYA NYA TTP KYK GITU BERSIAP2 SAJA INDONESIA AKAN RUSUH SERUSUH2NYA..HARAPAN RAKYAT UNTUK PEMIMPIN MENDATANG TERLALU BESAR..JANGAN MAIN2..KAJI DENGAN HATI OTAK BUKAN DENGAN NASI BUNGKUS

Jokowi dan PDIP Dinilai Berkiblat ke AS
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kritik atas pertemuan antara Megawati dan Jokowi dengan sejumlah duta besar asing terus mengundang kritik. Pengamat politik Agung Suprio menilai, langkah Jokowi dan PDIP menunjukkan arah politik mereka yang berkiblat ke barat, khususnya Amerika.

Selain pertemuan dengan Dubes Amerika pada pekan ini, Megawati juga sempat menginjakkan kaki ke Istana Presiden saat bertemu Presiden Amerika, Barack Obama. Padahal, sejak kalah di pemilu 2004 dan 2010, Mega pantang menginjakkan kaki ke Istana dan berada satu tempat dengan Presiden SBY.

Namun saat ada Presiden Amerika di Istana, Mega pun mengubah sikapnya. "Ini adalah //blunder positioning//. PDIP adalah partai oposisi yangg kerap bersebrangan dengan kebijakan penguasa yang notabene presidennya berkiblat ke Amerika. Sekarang PDIP justru partai yang pertama berkiblat ke Amerika untuk membahas cawapres," kata Agung Suprio, kemarin.

Dia pun mengatakan bahwa sikap Mega dan Jokowi yang berkiblat ke asing sudah menyalahi prinsip politik Bung Karno.

Sebelumnya, eks Duta besar Amerika untuk Indonesia, Scot Marciel, pernah melontarkan pujiannya pada Jokowi. saat masih menjabat sebagai Dubes, Scot mengaku Jokowi adalah gubernur yang penuh ide dan gagasan.

"Kami mendukung segala hal yang dilakukan Gubernur," ujar Scot selepas bertemu Jokowi di Jakarta, pada Januari 2013.

Amerika memang punya banyak kepentingan di Indonesia. salah satu kepentingan Amerika adalah tambang emas dan tembaga mereka di Freeport, Papua.



Temui Wakil Vatikan, Jokowi Disebut Serahkan Leher ke Asing
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertemuan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri dan Capres PDIP Joko Widodo dengan Dubes Vatikan memunculkan tanda tanya di kalangan umat Islam. Pengamat politik Agung Suprio menilai, langkah Jokowi itu adalah bentuk nyata sikap Jokowi yang pro-kepentingan asing di Indonesia.

Sebaliknya, komitmen Jokowi dan PDIP kepada bangsa Indonesia dan umat jadi tanda tanya besar. "Langkah ini blunder ideologi. Ideologi PDIP sangat identik dengan Nasionalisme Bung Karno yang tidak mau didikte oleh bangsa asing. Sekarang Mega-Jokowi justru menyerahkan leher partai ke bangsa asing," ujar Agung, kemarin.

Dia pun menyayangkan, mengapa Jokowi lebih mementingkan bertemu dengan Dubes Vatikan dan perwakilan asing lain, ketimbang serius menangani masalah di ibu kota.

Pertemuan Jokwoi dan Mega dengan perwakilan asing pun membangkitkan kekhawatiran ada lobi-lobi tersembunyi. Karenanya, Agung pun mengkritik cara kerja Jokowi dan timnya dalam persiapan pemilu presiden.

"Saya tidak mengatakan bahwa tim (Jokowi) ini bekerja amatir. Tetapi tim ini harus memiliki pengetahuan yangg dalam tentang politik Indonesia yang khas (bebas aktif)," tegas Agung Suprio.

Sebaliknya, Tim Pakar Sekretaris Nasional (Seknas) Jokowi, Eva Kusuma Sundari mengatakan bahwa Jokowi akan menemui dubes dari manapun sesuai prinsip nonblok. Menurut Eva, Dubes Vatikan sama-sama datang sebagai tamu dalam pertemuan yang dilakukan Mega dan Jokowi dengan para dubes, Senin (14/4) malam.



Jokowi di Mata Israel
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepak terjang Jokowi ternyata juga dipantau Israel. Laman Israel tak henti menyorot segala macam berita tentang Gubernur Jakarta itu. Laman Israelforeignaffairs.com, misalnya tak ketinggalan memotret perjalan Jokowi di peta perpolitikan nasional.

Laman Israel itu mengutip sepak terjang Jokowi dari sejumlah media asing dan media Indonesia. Ada sekitar 25 berita yang terkait soal Jokowi di laman Israel itu. Uniknya, berita soal Jokowi baru intensif jadi sorotan laman itu sejak bulan Maret, atau hampir bersamaan dengan waktu pencapresan Jokowi oleh PDI Perjuangan.

Jokowi pun diportet secara positif dalam berita yang dikutip oleh laman Israel itu. Beberapa berita Jokowi yang dikutip laman Israel itu di antaranya berjudul, "Pencapresan Gubernur Jokowi Riuhkan Politik Indonesia" dan "Jokowi: Penggemar Metal yang Diunggulkan Jadi Presiden Indonesia."

Tak hanya Jokowi yang mendapat sorotan dari media itu. Sejumlah berita terkait tokoh politik nasional pun tak luput dikutip oleh laman Israelforeignaffairs.com. Namun porsi sorotan pada Jokowi menyita perhatian terbanyak.

Bukan hanya sebatas media, perwakilan Israel pun intensif menjalin kontak dengan tokoh politik Indonesia. Salah satu tokoh yang pernah menjalin kontak dengan Israel adalah petinggi Partai Nasdem, Ferry Mursyidan Baldan. Kini Ferry bersama Partai Nasdem-nya menjalin koalisi untuk meloloskan Jokowi sebagai presiden Indonesia.



Soal Pertemuan dengan Dubes Asing, Jokowi Diminta Jujur


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARATA -- Pertemuan Joko Widodo (Jokowi) dengan sejumlah duta besar asing dinilai tidak etis. Karena dapat membuka penafsiran adanya intervensi asing dalam proses pilpres Juli mendatang.

Pengamat media UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Iswandi Syahputra menjelaskan, pertemuan tersebut  pasti terkait pencalonan Jokowi sebagai capres PDI Perjuangan (PDIP) atau cawapres yang mendampinginya.
"Pertemuan tersebut tidak etis bahkan dapat melukai rasa independensi Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat secara politik," ungkapnya dalam keterangan resmi, Selasa (15/4).

Menurutnya, Jokowi terlalu gegabah bertemu dengan sejumlah duta besar negara yang memiliki kepentingan bisnis besar di Indonesia. Pertemuan lebih baik dilakukan saat Jokowi telah terpilih sebagai presiden. 

Memang, katanya, tidak ada yang melarang Jokowi bertemu siapa saja. Namun pertemuan tersebut menjadi peristiwa politik karena dilakukan sebelum pilpres. "Apalagi hanya negara yang memiliki kepentingan ekonomi besar terhadap Indonesia yang ditemuinya," papar Iswandi. 

Ia menambahkan, pertemuan tersebut dapat memunculkan spekulasi negatif untuk Jokowi. Bisa saja dianggap semacam ajang transaksi politik dan bisnis. 
"Apalagi dikabarkan pertemuan tersebut diinisiasi oleh mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Malaysia sebagai tetangga dalam beberapa hal memililiki hubungan tidak baik dengan Indonesia. Ada apa ini? PDIP sebagai partai yang mengusung ideologi nasionalisme justru seperti membuka diri untuk diintervensi asing," katanya.

Iswandi pun meminta Jokowi untuk menjelaskan secara jujur maksud pertemuan tersebut. Karena hal itu merupakan masalah sensitif bagi masyarakat. 
"Jika rakyat tidak dapat menerima penjelasan Jokowi terhadap pertemuan tersebut, maka benarlah bahwa kejujuran dan nasionalisme yang digembor Jokowi itu hanya komoditas politik untuk pencitraan belaka," jelasnya.


Mega dan Jokowi Berkumpul dengan Dubes AS di RUMAH PENGUSAHA KAYA
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Sukarnoputri dan Joko Widodo (Jokowi) melakukan pertemuan di kediaman Jacob Soetojo di Jl Sircon G 73 Perumahan Permata Hijau, Jakarta Selatan. Pertemuan di rumah pengusaha kaya tersebut dimulai sejak sekitar pukul 19.30 WIB. 
Entah apa yang menjadi topik pembicaraan dalam pertemuan tersebut. Namun, Plt Kabiro Kepala Daerah dan Kerja Sama Luar Negeri Provinsi DKI Jakarta, Heru Budihartono yang ikut mendampingi Jokowi ke rumah Jacob menampik bila pertemuan ini berkaitan dengan pilpres. "Kunjungan ini cuma ramah tamah dan silaturahim saja," ujarnya, Senin (14/4).

Pertemuan malam ini Juga dihadiri sejumlah diplomat asing. Antara lain, pejabat dari kedubes AS dan negara lainnya. Beberapa kendaraan dinas diplomat yang tampak parkir di depan rumah Jacob adalah  CD 12 (Kedubes AS), CD 15 (Vatikan), CD 18 (Myanmar), CD 19 (RRC), CD 48 (Turki), dan CD 108 (Peru).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By