JAKARTA (voa-islam.com) - Rachmawati Soekarnoputri menilai media belum menunjukkan
sikap yang netral sampai saat ini. Menurutnya, media belum melihat ada sikap
yang berimbang.
"Pers juga tidak berbicara secara netral, saya masih melihat belum adanya sikap-sikap yang berimbang," katanya di rumahnya di Jati Padang, Jakarta Selatan, Rabu (6/8).
Rachmawati juga menyesalkan pernyataan media yang menulis Jokowi yang telah dimenangkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) disebut sebagai presiden terpilih. Menurutnya itu sebuah tindakan makar, harusnya disebut sebagai calon presiden terpilih.
Disebut sebagai presiden terpilih itu makar, padahal semua media itu memberitakan presiden terpilih," imbuhnya.
Rachmawati juga sudah menyurati presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait hal ini. Karena Rachma menganggap ini sudah dualisme kepemimpinan.
"Saya sudah mensurati presiden SBY, ini apa namanya, dualisme kepemimpinan, ini makar," ujarnya.
Selain itu, Rachma menolak pihak asing yang mengucapkan selamat kepada Jokowi. Hal itu menciderai konstitusi, menurutnya SBY masih menjadi presiden RI dan publik harus menghormati itu.
"Kalau ada pihak asing yang mengucapkan selamat, itu menciderai konstitusi, dalam konstitusi ini sudah jelas presidennya masih SBY," bebernya.
"Pers juga tidak berbicara secara netral, saya masih melihat belum adanya sikap-sikap yang berimbang," katanya di rumahnya di Jati Padang, Jakarta Selatan, Rabu (6/8).
Rachmawati juga menyesalkan pernyataan media yang menulis Jokowi yang telah dimenangkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) disebut sebagai presiden terpilih. Menurutnya itu sebuah tindakan makar, harusnya disebut sebagai calon presiden terpilih.
Disebut sebagai presiden terpilih itu makar, padahal semua media itu memberitakan presiden terpilih," imbuhnya.
Rachmawati juga sudah menyurati presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait hal ini. Karena Rachma menganggap ini sudah dualisme kepemimpinan.
"Saya sudah mensurati presiden SBY, ini apa namanya, dualisme kepemimpinan, ini makar," ujarnya.
Selain itu, Rachma menolak pihak asing yang mengucapkan selamat kepada Jokowi. Hal itu menciderai konstitusi, menurutnya SBY masih menjadi presiden RI dan publik harus menghormati itu.
"Kalau ada pihak asing yang mengucapkan selamat, itu menciderai konstitusi, dalam konstitusi ini sudah jelas presidennya masih SBY," bebernya.
PKKPI: Pelecehan Konstitusi Oleh
Jokowi Cs & Meremehkan Presiden SBY
Tak hanya Rachmawati yang menulai
telah terjadi pelecehan konstitusi dan dinilai melecehkan SBY sebagai presiden
yang masih harus dihargai sampai 20 Oktober 2014.
"Ini pelecehan konstitusi
dan dinilai melecehkan SBY sebagai presiden yang masih menjabat hingga 20
Oktober 2014, sementara Jokowi adalah belum "pasti" dan tak layak
bicara soal ekonomi atau apapun. Pemberitaaan ini aneh dan terburu-buru"
ucap pakar Pusat kajian Komunikasi Politik Indonesia (PKKPI) Aendra Medita
kepada Voa-Islam.com.
Tatang Sumirat, Pakar lain dari
Pusat Kajian Komunikasi Politik Indonesia (PKKPI) menyatakan pernyataan
senada "Ini merusak tatanan negara yang sedang menjalankan demokrasi,
kalau mau berlaku begi Jokowi harus tunggu waktu, jangan kesusu, ada saatnya
dia kalau mau komentar soal fiskal atau apapun,"demikian ujar Tatang Sumirat
dari Pusat kajian Komunikasi Politik Indonesia (PKKPI) Sabtu 9/8/2014.
Ditambahkan Tatang, bahwa SBY
harusnya juga bertindak dan menegur, jangan sekadar bilang tak etis atas
didirikannya pemerintahan transisi. Dalam hukum negara pemimpin hanya satu dan
harus hargai yang sedang berlangsung."Jika ini nterjadi zaman Soeharto
kata makarmungkin diungkapkan dan ini layaknya pemerintahan Transisi itu
sebenarnya makar,"jelas Tatang.
Simak saja liputan seb
uah media
nasional ini juga nampaknya sduah tak benar, media di cekokin dan banyak media
yang juga tak sabar. "Ingin Jokowi cepat jadi presiden, padahal proses MK
masih berlangsung. Hargai proses ini,"ungkapnya.
[mer/whd/ahmedi/voa-islam.com]