Breaking News

Sabtu, 26 April 2014

Kartika Djoemadi, Sang Pemberi Nasi Bungkus Itu?



“Awalnya tanggal 22 Januari 2013 Kartika mengaku sebagai Muhammadiyah. Saya kira dia Muslimah, karena tahun lalu dia merilis album Ramadhan ini. Dengan berbaju seperti itu (pakaian muslimah lengkap dengan kerudung), saya tak perlu lagi tanya agama dia dong. Saya punya kantor CDCC (Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations), dimana sering kumpul tokoh beda agama yang mana agama mereka jelas, pakaiannya jelas dan tidak ada tipu menipu identitas,” ungkap Mustofa B. Nahrawardaya, kepada voa-islam.com, Senin (28/1/2013).
 

“Tapi tidak disadari oleh Kartika, pada sebuah twit dengan saya, dia mengaku Katolik. Dia mengaku Katolik, ketika saya dengan sengaja mengajak dia untuk shalat Maghrib dulu, karena adzan Maghrib sudah terdengar. Maksud saya, ketika adzan sudah didengar, mari kita hentikan semua aktifitas, termasuk ngetwit,” jelas pengurus Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah ini.
******
Jokowi Advanced Social Media Volunteers (JASMEV2014), adalah transformasi gerakan sebelumnya yang telah sukses menghantarkan Jokowi dan Ahok menjadi penguasa Jakarta Raya. JASMEV2014 adalah sebuah next step untuk target berikutnya yakni Jokowi for President.
Apa gerakan ini terkendali dan teratur sesuai dengan klaim dari Kartika Djoemadi sang inisiator dari pembentukan JASMEV2014?
Mengelola ribuan relawan yang militan dan tidak memiliki rule of the game dan code of conduct terkait aktifitas cybernya membuat beberapa pertanyaan menjadi patut untuk disodorkan, misalnya;
  1. Bagaimana Kartika mengelola isu-isu seputar Jokowi, misalnya per hari ini belum ada satupun agenda Jokowi jika terlantik menjadi presiden untuk lima tahun ke depan?
  2. Bagaimana Kartika menghindari spamming dan bulliying yang bisa ke berbagai arah, meskipun tidak dipungkiri Jokowi di bully dan relawan melakukan hal yang serupa kepada capres lainnya?
  3. Bagaimana Kartika mengelola operasional harian, misalnya well,…let say untuk makan siang? Apa dikirim oleh kurir dari rumah makan Sederhana atau mbok Berek? Atau relawan dengan kerelaannya membawa sendiri makan dari rumah di dalam tupperware masing-masing?

Untuk menjalankan JASMEV2014, Kartika Djoemadi merangkul agensi media sosial Arwuda Indonesia. Mereka bekerja sama untuk menjadikan konsep ini lebih mempopulerkan visi dan misi yang ditawarkan Jokowi-Ahok lewat dunia maya. “Fungsi media sosial harus dimanfaatkan baik, bukan hanya untuk kampanye negatif yang isinya mengejek atau memfitnah,” ujar Sony Subrata dari Arwuda Indonesia.
Statemen Sony bisa diarahkan kepada cyber army dari capres lain atau juga karena melihat fenomena keluhan dari kompetitor Jokowi. Fitnah dan hoax adalah sebuah racun dari semak belukar dan rimba raya dunia digital world wide web. Apalagi jika dicampur aduk dengan sedikit fakta dan ribuan opini fiksi, akan menjelma menjadi hal lebih menakutkan dari serangan virus mematikan.
Yang perlu dilihat lebih mendalam sebenarnya adalah latar belakang dari Kartika Djoemadi atau dengan nama lengkap Dyah Kartika Rini Djoemadi yang menggelari dirinya Spin Doctor ketimbang meributkan puisi melankolik dari Fadli Zon yang juga tendensius.

Kebohongan (baca prolog di atas) yang luar biasa ini menimbulkan banyak penilaian kepada Kartika Djoemadi, untuk sebuah keyakinan dia mau berbohong dan menghalalkan segala cara, bisa dimungkinkan dengan memiliki tongkat komando yang sentralistis wanita ini bisa saja mengarahkan persepsi dari ribuan relawannya (memiliki akun) untuk melakukan pembohongan secara massive dan sistemik. Sangat memungkinkan cyber war dan twit war yang terjadi (bahkan) di Kompasiana adalah efek dari pembohongan secara massive oleh tim dari Kartika. Ribuan akun ini pun bisa jadi berfungsi sebagai akun buzzer alias tukang bengak-bengok untuk melakuan attacking opinion dan pencitraan. Opini yang disusun bahkan bisa dalam bentuk 100% cheat dan fake.
Penulis perhari ini masih tersenyum, apa sih yang jelas dari prestasi Jokowi di DKI Jakarta selain blusukan dan masuk gorong-gorong kota. Namun opini yang berhasil diciptakan oleh tim tersebut adalah Jokowi sebagai simbol perbaikan bangsa. What!
Kartika Djoemadi betul-betul makhluk digital dalam konteks yang tidak positif, selain cyber war dengan Marrisa Haque terkait pengakuannya wanita ini terkait gelar PhD yang kemudian dibantah oleh universitasnya, wanita ini hanya lulusan strata 1 dari fakultas Universitas Gunadharma. Kebohongan adalah ibu dari segala kejahatan. Simpulkan tentang orang nomer satu di tim relawan Jokowi yang berbohong tentang keyakinan dirinya untuk jualan suara sebagai penyanyi.
*****
JASMEV2014 adalah the real thing dan Kartika Djoemadi adalah the real person, tidak ada HOAX dan tokoh dan gerakan yang fiktif terkait pemenangan Jokowi sebagai capres. Adapun gelar pasukan nasi bungkus oleh beberapa pihak termasuk Fadli Zon adalah hal yang bisa jadi sebuah realita yang berusaha kita sangkal dan upayakan menjadi sebuah lelucon digital. Dengan konsep nirlaba dan militansi, Kartika Djoemadi tentu saja memahami bahwa diperlukan sejumlah karbohidrat yang mencukupi manusia untuk menggerakan anggota tubuhnya saat bekerja dengan perangkal digital. Dan itu bisa jadi sebuah nasi bungkus lengkap dengan lauknya.
Salam Anti Nasi Bungkus Basi!

Sumber : Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By